Kamis, 20 November 2014

LKKR, puncak pengkaderan RIMBAWAN UNIKU, cukup . . . . .?


Fakultas Kehutanan UNIKU berdiri sejak tahun 2003 yang pada awalnya adalah Sekolah Tinggi Kehutanan yang berdiri pada tahun 2001. Tidak ada perbedaan antara mahasiswa yang masuk sebelum menjadi UNIKU dan yang masuk setelah menjadi UNIKU, semua mahasiswa diharuskan mengikuti beberapa tahapan kaderisasi, diantaranya OSPEK, MABIM dan LKKR (pada awalnya disebut Outbond, lalu Pendidikan Lingkungan Kehutanan). Apalah arti sebuah nama, pada dasarnya LKKR (Latihan Kepemimpinan Kepribadian Rimbawan) dilaksanakan dengan tujuan agar para RIMBAWAN kelak mampu dan mau memberikan dedikasinya terhadap hutan dan alam.

LKKR sebagai puncak pengkaderan RIMBAWAN diakhiri dengan pemberian syal berwarna hijau dengan logo RIMBAWAN, dan syal tersebut merupakan salah satu identitas RIMBAWAN dikala melaksanakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Fakultas Kehutanan UNIKU.

Disadari atau tidak disadari, sebenarnya syal berwarna hijau tersebut adalah benda sakral di bagi mahasiswa FAHUTAN, karena tidak semua bisa mendapatkan syal tersebut, dan bukan hanya sekedar syal yang bisa di cetak dan digunakan siapa saja. Perlu rangkaian kegiatan dengan penuh perjuangan untuk dapat mengenakannya.

Pengkaderan puncak dari awal hingga sekarang sudah 14 tahun selalu dilaksanakan di Hutan Lindung Gunung Tilu, yang berada di pojok Kabupaten Kuningan (karena berbatasan dengan Berebes, dan Cilacap).  Gunung Tilu adalah Hutan Lindung dengan potensi sumberdaya alam yang melimpah seakan menjadi salah satu rumah bagi RIMBAWAN UNIKU, tidak jarang kegiatan diadakan di sana, kegiatan sosial bersama masyarakat, praktek mahasiswa bahkan beberapa penelitian sebagai tugas akhir dilaksanakan di Gunung Tilu.

14 tahun adalah umur yang dianggap seharusnya RIMBAWAN lebih dewasa lagi, semakin eksis dan terlibat dalam kegiatan pelestarian secara langsung da tidak langsung. Kegiatan puncak RIMBAWAN yang ke 14 baru saja dilaksanakan pada tanggal 15 November dan melahirkan lebih dari 50 RIMBAWAN muda yang siap belajar untuk menjadi RIMBAWAN sejati dengan segala kontribusinya terhadap kelestarian alam serta kesejahteraan masyarakat sekitar hutan.

RIMBAWAN adalah orang yang memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi terhadap upaya melestarikan hutan dan lingkungan, yang diwujudkan dengan tindakan nyata. Melihat definisi RIMBAWAN secara umum maka mahasiswa yang menjadi RIMBAWAN ini tidak cukup hanya dengan belajar mengikuti perkuliahan dan di masa depan bekerja sesuai dengan bidang, keinginan serta kesempatan yang ada. Tidaklah mudah setelah menjadi RIMBAWAN itu, karena RIMBAWAN dituntut untuk dapat memberikan aksi nyata bagi kelestarian hutan dan lingkungan.

Mengerti dan memahami sebuah nama adalah penting, karena dengan nama tersebut RIMBAWAN jangan sampai hanya bangga dan sombong dengan nama tersebut. Secara umum di atas sudah jelas tentang apa yang menjadi tanggung jawab seorang RIMBAWAN, lalu apakah mahasiswa harus takut menjadi RIMBAWAN karena memiliki tanggung jawab yang besar, jawabannya tidak, karena kita semua sebagai RIMBAWAN secara tidak langsung telah menjadi manusia yang memiliki tugas mulia sesuai dengan yang diperintahkan oleh Tuhan demi kebaikan alam beserta isinya.

14 tahun dirasa adalah waktu yang cukup untuk melihat ke belakang, apakah kita ini sudah menjadi RIMBAWAN yang baik, apakah pengkaderan kita sudah cukup baik untuk melahirkan RIMBAWAN muda yang selanjutnya tidak pernah berhenti belajar dan memberikan nilai baik terhadap kelestarian hutan dan lingkungan.

Banyak sistem dan proses yang dilakukan untuk melahirkan RIMBAWAN di luar sana, dan semuanya memiliki alasan masing-masing dengan sistem yang diterapkannya. Seperti militer (TNI) yang memiliki sistem pendidikan untuk melahirkan seorang militer yang mampu membela Negara, maka TNI memiliki sistem pendidikan yang keras dengan berbagai strategi yang melebihi sipil dalam mempertahankan keutuhan Negara. Tentunya kita yang ingin melahirkan RIMBAWAN harus melakukan sistem pendidikan yang dapat memacu dan mendorong RIMBAWAN agar nantinya mampu memberikan pikiran, tenaga serta dukungannya dalam membangun dan mempertahankan kelestarian hutan dan alam.

Tidak sedikit tentunya bidang yang perlu dipelajari lalu dilakukan untuk dapat memberikan kontribusinya terhadap alam. Organisasi intra ataupun ekstra kampus diharapkan dapat diikuti untuk dapat menambah ilmu, keterampilan, kepekaan serta aksinya terhadap kelestarian lingkungan dan alam.

Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan yang menjadi salah satu bidang yang bagi kami dirasa penting dalam mempertahankan serta memajukan kelestarian hutan dan lingkungan. Konservasi bukan selalu harus kita berinteraksi dengan alam, namun konservasi adalah kompleks, yang tentu berkaitan dengan, alam, sosial, budaya serta kesejahteraan.

Dengan konsep menyenangkan dan bermanfaat, konservasi dianggap bidang yang tepat untuk dikembangkan bagi RIMBAWAN untuk memberikan kontribusinya terhadap kelestarian alam. Kami segelintir orang yang tertarik dan ingin menjadikan bidang konservasi ini bermanfaat bagi diri sendiri, hutan dan lingkungan, sosial, budaya serta kesejahteraan masyarakat ini berusaha untuk aktif melalui organisasi intra kampus yang tentunya tidak terlepas dengan berjejaring dengan stakeholder yang terlibat dalam dunia konservasi secara luas.

Tentu ini hanya sebagian kecil saja yang akan diberikan bagi kelestarian lingkungan dan hutan, namun diharapkan sebuah aksi nyata dan bukan sekedar konsep. Conservation Education Institute adalah nama yang disepakati untuk menjadi organisasi intra kampus, learn, shared and action adalah semangat bagi kami yang terus berusaha membangun organisasi kecil yang memiliki keinginan besar ini.

Berbeda dengan RIMBAWAN melalui LKKR tentu CEI ini dibentuk dengan tujuan hanya menjaring RIMBAWAN yang memiliki minat dan ketertarikan di bidang konservasi. Dengan menjaga kesatuan dan persatuan RIMBAWAN, jelas seseorang yang ingin bergabung dengan CEI ini harus telah mengikuti rangkaian pengkaderan RIMBAWAN dan resmi diakui.

CEI dirancang dengan konsep mahasiswa belajar lebih ekstra di bidang konservasi, berjejaring dengan stakeholder (organisasi konservasi termasuk pemerintahan), berbagi dengan masyarakat umum, dan beraksi untuk hutan dan lingkungan serta masyarakat sekitar hutan. Mulai dari hal kecil seperti belajar, berdiskusi dengan sesama dan pihak lain, menjalin komunikasi serta kerja sama terutama dibidang konservasi, menyatu dengan masyarakat sekitar hutan serta kegiatan di lapangan baik untuk sendiri, hutan, ataupun masyarakat.

Niat sederhana ini tentunya bukan suatu yang mudah untuk dilaksanakan, namun sejak kapan akan dimulai adalah hal penting yang harus segera diwujudkan, karena kosep, keinginan, ide dan hal lainnya akan lebih maksimal dan bermanfaat bila diorganisir dengan baik oleh sebuah organisasi.

Bila berbicara cukup atau tidak cukupnya LKKR sebagai puncak pengkaderan RIMBAWAN, tentu bukan perkara mudah untuk menjawab pertanyaan ini, namun perasaan tidak cukup akan lebih baik ketika kita menanggapi hal tersebut dengan mengisi dan membuat diri kita sendiri menjadi cukup dan lebih baik. CEI bukan satu-satunya solusi bagi kami sendiri, karena masih sangat banyak bidang dan organisasi intra ataupun ekstra yang dapat menambah kapasitas kita sebagai RIMBAWAN.

Semoga perjalanan CEI dilancarkan, dimudahkan serta sesuai dengan tujuan dan tanggung jawab kami sebagai RIMBAWAN terhadap hutan dan lingkungan serta kesejahteraan masyarakat.


Salam RIMBAWAN . . . . !

5 komentar:

Unknown mengatakan...

Mantap :D

Unknown mengatakan...

Salam lestari..

Unknown mengatakan...

Mantap

Unknown mengatakan...

Mantap

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar